WARISAN HUTANG INDONESIA Per Mei 2018 sudah 2 x biaya pembangunan 2018 atau 2,5 tahun penerimaan Negara 2018 !!! Aneh Negara sudah berhutang masih saja ada korupsi

Per 31 Mei 2018 posisi hutang Indonesia sebesar Rp 4.169 triliun ini setara dengan 2 x biaya pengeluaran APBN 2018 atau 2,5 tahun penerimaan negara APBN 2018 berdasarkan UU No. 15 tahun 2017dan menurut APBN 2018 defisit sebesar Rp 326 triliun.

Jika kita renungkan semenjak berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia hingga saat ini selalu dibelenggu oleh hutang. Hutang ini diwariskan secara turun- temurun oleh pemerintahan dari generasi ke- generasi. Disini kami menyajikan data dan informasi terkait dengan hutang warisan Indonesia yang diwariskan antar presiden.

Beberapa waktu yang lalu sangat gencar pemberitaan di media yang menyatakan bahwa saai ini pada era Presiden RI Ke-7 yaitu Joko Widodo dalam membangun negeri ini harus dengan berhutang ke luar negeri. Dan setelah 3 bulan ini, pemberitaan itu sudah tidak terdengar lagi atau mulai mereda. Mungkin hembusan itu dilontarkan untuk tujuan politik ? untuk menjatuhkan Presiden Joko Widodo dalam Pemilu Presiden dan legislatif tahun depan ( 2019 ). Terlepas dari unsur politik atau tidak, kami lebih tertarik untuk membahas tentang hutang luar negeri ini sebagai bentuk warisan kepada anak cucu kita yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Menurut edubisnis.net mengatakan bahwa hutang adalah uang pinjaman yang diperlukan seseorang untuk sebuah kebutuhan, dimana yang bersakutan tidak memiliki uang untuk memenuhi kebutuhan itu. Sehingga alternatif pilihannya adalah dengan berhutang, sehigga dengan berhutang kita mendapatkan uang yang diperlukan, tetapi ingat bahwa hutang itu harus dibayar beserta dengan bunganya. Itu sebabnya pemilik uang bersedia memberi pinjaman, karena saling menguntungkan. Terkadang memiliki hutang menjadi sebuah masalah sendiri bagi seseorang. Tetapi dalam konteks ini yang kami maksud seseorang adalah negara, bukan sosok presiden. (Negara Republik Indonesia).

Tidak ada yang ingin berhutang, namun terkadang kita tidak bisa menghindari hutang. Hutang memang sebaiknya dihindari, namun tidak berarti seseorang tidak boleh berhutang. Kembali kami ingatkan bahwa yang dimaksud seseorang yang kami maksud adalah Negara Republik Indonesia. Hendaknya memastikan bahwa hutang atau pinjaman yang dilakukan tidak membawa masalah finansial yang jauh lebih besar, yang bisa membawa kebangkrutan sebuah negara.

Dalam berhutang hendaknya bisa memilah mana jenis hutang yang baik dan mana hutang yang buruk. Maksudnya adalah hutang yang baik dan buruk dengan menilai tingkat kebutuhan dari penggunaan uang tersebut. Jika hutang dipergunakan untuk investasi yang menjanjikan dimasa depan maka hutang itu dikategorikan hutang yang baik. Misalnya membeli tanah, atau emas dimana harga tanah atau emas semakin lama semakin tinggi. Disisi lain tanah yang kita beli bisa di berdayakan (ditanami) sesuatu yang menguntungkan untuk melunasi hutang. Dan Jenis hutang yang buruk adalah membeli barang - barang yang nilainya di masa depan akan semakin turun misalnya membeli mobil, motor, alat elektronik dll.

Jika kita melihat sejarah masa lalu tentang jejak hutang Negara Republik Indonesia dari awal pemerintahan sampai saat ini, Indonesia tidak lepas dari hutang. Data yang kami himpun dari berbagai sumber nenunjukkan angka besaran hutang yang berbeda - beda, walaupun berbeda - beda disini kami hanya ingin menunjukkan bahwa Negara Indonesia dari masa ke masa tidak lepas dari hutang. Berikut ini adalah data yang kami peroleh  :

1.  Kami kutip dari nusantara.news  yang menunjukkan jejak hutang yang diwariskan ke presiden selanjutnya seperti yang kami rangkum dibawah ini :

  1. Ir Soekarno -->US$6,3 miliar.

  2. Soeharto --> US$151 miliar.

  3. Prof. BJ Habibie --> US$148 miliar

  4. KH Abdurrahman Wahid --> US$139 miliar

  5. Megawati Soekarnoputri --> US$141 miliar

  6. Susilo Bambang Yudhoyono --> US$291 miliar

  7. Joko Widodo --> sampai maret 2018 total hutang US$358,7 miliar

2. Dari konfrontasi.com  memberikan data  Internal Dep Statistik BI 1990- 2016 terkait hutang Negara Indonesia seperti dibawah ini :

  1. Hindia belanda --> USD 4 miliar

  2. Soekarno --> US$ 2,3 miliar

  3. Soeharto --> US$ 48,8 miliar

  4. Habibie --> US$ 19,6 miliar

  5. Gus Dur --> minus US$ 4,15  miliar

  6. Megawati --> US$ 64,39 miliar

  7. SBY --> US$ 158,85 miliar

  8. Joko Widodo ? ( masih berkuasa dan kita menunggu berapa besar warisan hutangnya kepada penguasa penggantinya kelak )

3. Liputan 6.com khusu liputan bisnis menyatakan hutang hutang negara pada era presiden terdahulu sebagai berikut :

  1. Soeharto --> US$68,7 miliar. ( rasio utang mencapai 57,7 persen terhadap PDB. )

  

 2. Prof. BJ Habibie --> US$132,2 miliar (Rasio utang membengkak jadi 85,4 persen dari PDB.)

  

  3. KH Abdurrahman Wahid --> US$129,3 miliar ( tahun 2000 turun karena denominasi dolar AS ) [ rasio utang makin parah menjadi 88,7 persen.] dan tahun 2001 US$ 122,3 miliar --> rasio utang turun menjadi 77,2 persen)

  

  4. Megawati Soekarnoputri  (data pertahun sebagai berikut):

  a. tahun 2002:US$ 136,9 miliar, rasio utang 67,2 persen

  b. tahun 2003:US$ 145,4 miliar dan rasio utang 61,1 persen

  c. tahun 2004:US$ 139,7 miliar, rasio utang 56,5 persen

   

  5. Susilo Bambang Yudhoyono --> US$ 229,44 miliar (Rasio utang terhadap PDB meningkat menjadi 27,4 persen.). Pada masa kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono setiap tahun selalu berhutang. Berikut ini adalah datanya :

  a tahun 2005: US$ 133,4 miliar, rasio utang 47,3 persen

 b tahun 2006: US$ 144,4 miliar dengan rasio utang 39 persen

  c tahun 2007: US$ 147,5 miliar, rasio utang 35,2 persen

  d tahun 2008: US$149,5 miliar, rasio utang 33 persen

  e tahun 2009: US$ 169,2 miliar, rasio utang 28,3 persen

  f tahun 2010: US$ 187 miliar, rasio utang 24,5 persen

  g tahun 2011: US$ 199,5 miliar, rasio utang 23,1 persen

  h tahun 2012: US$ 204,5 miliar, rasio utang 23 persen

  i tahun 2013: US$ 194,9 miliar, rasio utang 24,9 persen

  j tahun 2014: US$ 209,7 miliar, rasio utang 24,7 persen.

  dan diakhir pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono mewariskan Hutang ke Presiden RI ke-6 ( Joko Widodo ) sebesar US$ 229,44 miliar (Rasio utang terhadap PDB meningkat menjadi 27,4 persen.)

  6. Joko Widodo --> tahun 2016 hutang negara sebesar US$ 258,04 miliar. Rasio utang 27,5 persen dari PDB.

dari data diatas memperlihatkan bahwa nilai hutang semakin tinggi tetapi rasio utang terhadap PDB menurun. Ada apa ini ? mengapa menurun !! bisa jadi penentuan PDB setiap presiden berbeda !! atau rumus yang dipakai berbeda - beda. Oke tak masalah karena kami hanya ingin menunjukkan bahwa hutang warisan untuk anak cucu memang ada, dan sepertinya akan selalu ada.

Data terbaru yang ditulis oleh tirto.id  menyatakan dari data Statistik ULN Indonesia disebutkan per Mei 2018 utang luar negeri luar negeri secara keseluruhan per Maret 2018 sebesar US$ 358,7  miliar atau setara dengan 34,8 PDB. Terdiri dari US$ 184,7 miliar utang luar negeri pemerintah dan US$ 174 miliar utang luar negeri swasta.

PDB singkatan dari Produk Domestik Bruto

Menurut Enny Sri Hartati sebagai Direktur Institute for Development of Economics and Finance ( INDEF) seperti yang tertulis dalam jawapos.com tertanggal 21-03-2018 menyatakan bahwa total utan luar negeri Indonesia sudah mencapai Rp 7.000 triliun ( hutang pemerintah dan swasta ).

Menurut Annggn P. Situmorang yang ditulis oleh Merdeka.com dan direview ulang oleh liputan 6.com menyatakan bahwa Sri Mulyani keberatan jika hutang sebesar Rp 9.000 triliun langsung dibandingkan dengan dengan negara - negara lain karena katanya hutang sebesar Rp 9.000 triliun ini belum dibagi sesuai dengan masing masing entitas. Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menyebutkan bahwa per 31 Mei 2018 posisi hutang Indonesia sebesar Rp 4.169 triliun.

Warisan hutang untuk anak cucu yang sangat banyak, entah sampai kapan hutang - hutang itu akan lunas dan Indonesia bisa mandiri membangun tanpa berhutang. Kami juga menelusuri data - tada hutang luar negeri negara - negara di dunia. Berdasarkan hasil penelusuran kami ternyata banyak juga negara - negara lain yang juga memiliki hutang luar negeri. Ada yang tetap bertahan sampai hari ini dan ada juga negara yang bagkrut karena terbebani hutang. Berikut ini dalah hasil penelurusan kami.

ekonomi.metrotvnews.com menyebutkan sejumlah negara yang mengandalkan utang untuk pembangunan infrastruktur antara lain Angola, Zimbabwe, Nigeria, Sri Lanka, Korea Selatan, Jepang, dan Tiongkok.

1. Malaysia kini tercatat memiliki utang 1 triliun ringgit atau setara dengan Rp3,534 triliun (kurs rupiah Rp13.400). Padahal negeri Jiran ini disebut tidak pernah memiliki utang lebih dari 300 miliar ringgit. sumber : ekonomi.metrotvnews.com

2. USA Per Januri 2018 memiliki hutang luar negeri US$ 19.947 miliar. 

3. Jepang memiliki hutang luar negeri US$ 11.813 miliar. ( dua kali lipat dibandingkan PDB Jepang )

4. Cina memiliki hutang di tahun 2018 sebesar US$ 4.976 miliar dan menurut IMD hutang tersebut akan meningkat 300 % tahun 2022.

5. Italia memiliki hutang sebesar US$ 2.454 miliar.

6. Perancis memiliki hutang US$ 2.375 miliar

Sumber data : idntimes.com/business/economy/reza-iqbal

dari data diatas memperlihatkan bahwa negara - negara besar juga harus berhutang untuk melaksanakan pemerintahannya dan pembangunan di negeri mereka masing - masing.

Pada era pemerintahan Presiden Joko Widodo saat ini dengan nilai hutang total mencapai Rp 5.000 triliun sampai Rp 9.000 triliun ( Hutang gabungan antara hutang negara dan swasta ), atau data resmi pemerintah sebesar US$ 184,7 miliar hutang Negara di era Joko Widodo diprioritaskan untuk bidang infrastruktur seperti pembangunan bandara, pelabuhan laut, sistem transportasi masal, jalan tol dan pembangkit listrik tenaga air maupun tenaga panas bumi. Juga untuk sektor ekonomi utama seperi pendidikan dan kesehatan. Pengeluaran anggaran untuk infrastruktur pada pemerintahan Joko Widodo mencapai US$ 10 miliar per tahun, hampir 4 x lipat dari pemerintahan sebelumnya. Menurut kami yang terpenting adalah hendaknya negara hanya mampu membangun tetapi tidak mampu merawatnya. Bisa membuat tetapi tidak bisa merawat dan menjaga apa yang sudah dibuatnya. Jika demikian anak cucu kita hanya memperoleh sisa - sisa hanya memperoleh sampah masa kini dan harus membayar hutang leluhurnya. Pembangunan infrastruktur juga hendaknya ditindak lanjuti dengan perawatan dan pemeliharaan. Hal ini akan menjadi beban sendiri bagi APBN di tahun - tahun selanjutnya. Mengingat perawatan dan pemeliharaan akan membutuhkan dana setiap tahunnya. Mudah - mudahan hal ini juga telah dipikirkan oleh pengambil kebijakan.

Berdasarkan undang - undang no. 15 tahun 2017 tentang APBN 2018 memperlihatkan pada pasal 3 ( hal 11 ) bahwa rencana pendapatan negara sebesar Rp 1.895 triliun sedangkan anggaran belanja seperti tertuang dalam pasal 7 ( hal 16 ) sebesar Rp 2.221 triliun. sehingga pada pasal 21 (hal 33) disebutkan untuk tahun anggaran 2018 terdapat defisit anggaran (minus) sebesar Rp 326 triliun. Dan untuk menutupi kekurangan anggaran pemerintah dapat menggunakan dana SAL, penarikan pinjaman tunai, penerbitan SBN sebagai tambahan pembiayaan.

Sesuai dengan UU no 15 tahun 2017 jelas memperlihatkan bahwa antara pendapatan dan pengeluaran lebih banyak pengeluaran. Mengapa sampai seperti itu ? dan fakta ini sudah disahkan menjadi undang - undang berarti antara Eksekutif ( Presiden ) dan Legislatif ( DPR - MPR ) setuju dengan sistem seperti ini. Kenapa tidak efisiensi dan pengoptimalan potensi - potensi yang ada. Inilah menurut kami sebagai lingkaran setan yang tidak akan pernah putus. Atau memang sengaja beban hutang anak cucu ditambah - tambah, sedangkan yang menikmati adalah kita - kita saat ini. Anak cucu hanya menikmati sisa dari kita sekarang dan harus membayar hutang - hutang leluhurnya. Hutang bagaimanapun harus dibayar baik dalam waktu dekat maupun jangka panjang.

Sri Mulyani sebagai Mentri Keuangan saat ini menyebutkan bahwa per 31 Mei 2018 posisi hutang Indonesia sebesar Rp 4.169 triliun. Maka hutang sebesar itu sama dengan 2 x biaya pengeluaran APBN tahun 2018 (UU No 15 tahun 2017). Hutang negara saat ini setara 2 tahun biaya pembangunan negara berdasarkan APBN 2018. Dengan kata lain untuk melunasi hutang negara setidaknya membutuhkan waktu 2,5 tahun dari pendapatan/ penerimaan negara dengan catatan 0 pengeluaran. Apa mungkin !!! kita tidak makan selama 2,5 tahun dan hasil kerja keras selama 2,5 tahun hanya untuk melunasi hutang !!!!.

Menurut finance.detik.com menyebutkan bahwa tahun 2012 yang lalu pembayaran bunga dan cicilan pokok hutang luar negeri sebesar 26 % dan ditahun 2016 sebesar 32 %. Artinya tahun 2012 sebesar 26 % dan tahun 2016 sebesar 32 % dari penerimaan negara dipergunakan untuk membayar hutang baik bunga dan cicilan pokok hutang.

Jika anda mau merenung sejenak kira - kira kapan Indonesia bisa tinggal landas ?? anak cucu menerima hutang warisan, pemerintah untuk menjalankan pemerintahan dan pembangunan masih harus berhutang. Padalah sejak kecil ketika kita masih duduk di bangku sekolah selalu diajarkan bahwa Indonesia adalah negara yang kaya " gemah ripah loh jinawi ", bahkan tongkat kayu ditancapkan bisa menjadi tanaman. Bersyukur kepada Allah yang telah memberikan tanah air Indonesia yang melimpah sumber daya Alam dan Sosialnya. Bisa dibayangkan dengan kelimpahan SDM dan SDA saja Indonesia masih harus berhutang, bagaimana jika Indonesia gersang dan tandus ???? bukankah semakin banyak kita harus berhutang. Lebih parah lagi ketika negara sudah dibelenggu oleh hutang, masih saja ada orang orang yang mengambil kesempatan dengan "korupsi". Sudah berhutang dikorupsi lagi..... sungguh memprihatinkan.

Pertanyaannya adalah sampai kapan Indonesia bisa tidak berhutang, atau sampai kapan Indonesia bisa mandiri membangun dan menata dirinya sendiri.

Hal ini tergantung dari kita saat ini, bagaimana beban hutang agar tidak memberatkan anak cucu. Perlu adanya management dalam berhutang dan bagaimana cara mengelola hutang. Berikut ini adalah beberapa tips cara mengelola hutang dengan bijaksana.

Menurut moneysmart.id memberikan beberapa tips untuk mengelola hutang yaitu :

1. berfikir positif

2. berhemat

3. cerdas mengelola hutang konsumtif (hutang untuk membeli barang-barang yang nilainya menurun di masa depan)

4. utamakan membayar hutang dengan bunga yang paling tinggi.

5. jangan terlambat membayar cicilan hutang

6. hindari membayar hutang dengan hutang lainnya.

menurut Edubisnis.net memberikan tips bagaimana strategi dalam berhutang

1. Penentuan posisi finansial : Menenilai seberapa besar kemampuan finansial kita untuk membayar hutang, dengan membuat budget sumber - sumber pemasukan / sumber pendapatan kita.

2. Membayar penuh tagihan hutang yang nilainya rendah (misalnya tagihan kartu kredit), sehingga dapat meminimalisir bunga hutang. Melunasi hutang konsumtif.

3. Membayar secara reguler dengan jumlah yang lebih besar dari cicilan hutang, tujuan untuk membayar hutang pokok secara di cicil.

4. Penggabungan hutang : meminjam hutang pada satu tempat untuk melunasi hutang hutang di berbagai tempat, ini untuk memudahkan dalam memanagement pembayaran hutang.

5.  Penentuan tingkat prioritas hutang, mana  yang harus diselesaikan terlebih dahulu.

6. Mengurangi pengeluaran dan jumlah hutang.

7. Mencari penghasilan tambahan

8. Mengenal jebakan hutang agar tidak terjebak oleh hutang yang lebih besar.

Menurut kami hal - hal yang paling mendesak adalah hidup dengan lebih realistis dengan mengendalikan keinginan - keinginan dengan kata lain hidup berhemat, memaksimalkan potensi yang ada dan jangan mau bergantung pada orang lain atau negara lain. Berusaha untuk mandiri secara dana untuk pembangunan, penggunaan dana dengan transparansi, jujur dan beritikat baik. Efisiensi dengan menentukan skala prioritas, mana yang harus didahulukan dan mendesak untuk segera dilaksanakan dan menunda hal hal yang tidak terlalu mendesak dan kurang penting.

Kami berharap peristiwa munculnya UU No 15 tahun 2017 tentang APBN 2018 tidak terulang dimana pemerintah membuat perencanaan pengeluaran melebihi kemampuan penerimaan negara. Hal ini sama dengan pemborosan, berfoya - foya. Idealnya adalah pendapatan lebih besar dari biaya pengeluaran agar bisa menabung, atau setidaknya biaya pengeluaran sama dengan biaya pendapatan.

REFERNSI DATA
https://nusantara.news/siapakah-sebenarnya-presiden-yang-paling-boros-berutang/
http://www.konfrontasi.com/content/nasional/gus-dur-dan-rizal-ramli-sukses-pangkas-utang-ekonomi-tumbuh-kepemimpinan-terbaik-di
https://www.liputan6.com/bisnis/read/2854387/ini-rasio-utang-pemerintah-ri-dari-era-soeharto-hingga-jokowi
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-43373257
https://tirto.id/menkeu-sri-mulyani-klaim-pemerintah-sadar-risiko-utang-luar-negeri-cLt4?gclid=EAIaIQobChMI_PLQsYzS3AIVFH69Ch2viw_UEAAYASAAEgKENvD_BwE
https://www.jawapos.com/ekonomi/21/03/2018/bukan-rp-4-ribu-triliun-utang-ri-sebenarnya-rp-7-ribu-triliun
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/07/02/140323026/utang-indonesia-melonjak-perlukah-kita-khawatir
http://ekonomi.metrotvnews.com/analisa-ekonomi/JKRnWR3K-membandingkan-utang-indonesia-dan-malaysia
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3569182/prabowo-kritik-utang-ri-rp-9000-triliun-sri-mulyani-beri-jawaban-menohok
https://www.idntimes.com/business/economy/reza-iqbal/10-negara-dengan-utang-terbanyak/full
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3916600/beda-utang-zaman-soeharto-sby-hingga-jokowi
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-43373257 )
https://id.tradingeconomics.com/country-list/external-debt
https://edubisnis.net/bagaimana-cara-mengelola-dan-melunasi-hutang-secara-efektif/

Share on Google Plus

About Restsindo